kadang, sebuah maaf itu punya arti seribu
kadang
artinya hanya seratus
atau bahkan nol
kadang, maaf tidak selalu bisa menyelesaikan masalah
kadang maaf malah memicunya datang masalah lain
kadang tindakan lebih baik
dari seribu sejuta semilyar yang
diucapkan
kadang lebih baik tidak meminta maaf
tapi menunjukan rasa maaf itu
Pages
▼
#14 - Anybody There?
saya sulit bernapas karena semuanya terasa gelap
gelap yang benar-benar gelap
saya tidak tahu
kenapa rasanya bernapas saja sulit
padahal itu hal yang biasa saya lakukan
mungkin karena gelap
mungkin karena cahayanya hanya ada lima
atau mungkin
mungkin karena kamu hilang
dan mendadak semua gelap.
C8F7DF1B-5A26-0662-7FD1-25D917E87E20
1.02.28
#8 - Sometimes We Should End What We've Started
.......even it's hard.
Melupakan sesuatu yang tidak ingin dilupakan mungkin adalah hal tersulit yang dilakukan oleh semua orang. Sekuat apapun orang itu. Sebaja apapun perasaan orang itu. Bahkan Bumble Bee di film Transformer bisa menangis begitu kencang ketika harus dipisahkan dengan Shia.
Melupakan masa lalu adalah hal terbodoh yang pernah kita pikiran, karena tanpa masa lalu tidak pernah akan ada 'kita' yang sekarang. Walau nyatanya, ada beberapa masa lalu yang harus kita akhiri secara paksa.
....karena semua ada masanya.
karena segala sesuatu sesungguhnya punya masa habisnya sendiri.
Begitu pun dengan masa lalu.
#7 - Dear John
Dear John,
Pernah tidak kamu ada dalam situasi dimana kamu tahu sedang dibohongi, namun kamu tidak bisa beranjak untuk marah atau berlari untuk pergi dari semua kemunafikan yang ada?
Pernah tidak, kamu harus memutuskan sesuatu, namun sebelum memutuskan, kamu harus memilih mana yang baik untuk diri DIA, bukan dirimu sendiri?
Pernah tidak merasa seperti ingin mencabik-cabik dirimu sendiri, karena kamu tidak bisa berkata apa yang harus kamu katakan?
Pernah tidak merasa bahwa untuk menangis saja kamu sudah terlalu lelah dan tidak bisa, saking seringnya hatimu disakiti?
Pernah merasa kebas hati, karena sering ditusuk pisau kebohongan?
Sepertinya ada sesuatu yang hilang dari dalam perasaan ini. Sudah terlalu kebas dan terlalu lelah menjalani semuanya, namun tidak rela untuk meninggalkan semuanya.
Rasanya seperti teriak di padang gurun, hampa. Kosong. Melompong.
Pernah aku mencoba untuk menyatakan rasa itu, namun kamu malah berpaling lagi. Aku bingung, aku lelah, aku punya batas kesabaran, walau untuk sebuah sayang, aku butuh belajar untuk berkata tidak.
Kamu menutupi sesuatu yang sudah kuketahui, jangan bilang bahwa aku adalah perempuan yang sok mencari tahu mengenai kamu. Hati tidak pernah bisa berbohong, ia bergerak kalau ada sesuatu yang menyakitinya. Percaya bahwa hatimu bisa berbicara?
Sudah cukup bualanmu. Ini sudah tiga kali. Tiga kali dalam sembilanbelastahun kehidupanku, kamu membohongiku dengan cara yang berbeda-beda. Hatiku sudah kebas, tahu nggak?
Aku butuh sedikit saja ditanya, atau apabila ada seseorang bertanya padaku mengenai kamu tanpa perlu kujelaskan, mungkin aku bisa menangis histeris disana. Aku bahkan tidak pernah mengharapkan bahumu untuk menyangga setiap tangisku, ini sudah kesekian kalinya aku menangis dan aku lelah.
Cukup bermain kata, aku ini peka. Aku tahu dengan benar dan detail seperti apa kamu sekarang. Lebih baik kamu cerita, lebih baik kamu bunuh saja sekalian aku kalau begini terus. Atau lebih baik, lepaskan aku pergi - itu akan sangat lebih baik.
Aku tidak pernah akan bisa melepaskanmu, aku tidak pernah mau menyakitimu; jadi biarkan kamu yang menyakiti aku dan mengusirku secara mentah-mentah dalam hidupmu. Lebih baik begitu.
Lebih.
Baik.
Begitu.
Dear John,
Mungkin ini surat terjujur yang akan singgah di dalam pembacaan ruang dan waktu hidupmu. Ini mungkin akan jadi surat termenyakitkan. Tahu tidak rasanya sakit? Aku tahu. Sangat tahu.
Pernah tidak kamu ada dalam situasi dimana kamu tahu sedang dibohongi, namun kamu tidak bisa beranjak untuk marah atau berlari untuk pergi dari semua kemunafikan yang ada?
Pernah tidak, kamu harus memutuskan sesuatu, namun sebelum memutuskan, kamu harus memilih mana yang baik untuk diri DIA, bukan dirimu sendiri?
Pernah tidak merasa seperti ingin mencabik-cabik dirimu sendiri, karena kamu tidak bisa berkata apa yang harus kamu katakan?
Pernah tidak merasa bahwa untuk menangis saja kamu sudah terlalu lelah dan tidak bisa, saking seringnya hatimu disakiti?
Pernah merasa kebas hati, karena sering ditusuk pisau kebohongan?
Sepertinya ada sesuatu yang hilang dari dalam perasaan ini. Sudah terlalu kebas dan terlalu lelah menjalani semuanya, namun tidak rela untuk meninggalkan semuanya.
Rasanya seperti teriak di padang gurun, hampa. Kosong. Melompong.
Pernah aku mencoba untuk menyatakan rasa itu, namun kamu malah berpaling lagi. Aku bingung, aku lelah, aku punya batas kesabaran, walau untuk sebuah sayang, aku butuh belajar untuk berkata tidak.
Kamu menutupi sesuatu yang sudah kuketahui, jangan bilang bahwa aku adalah perempuan yang sok mencari tahu mengenai kamu. Hati tidak pernah bisa berbohong, ia bergerak kalau ada sesuatu yang menyakitinya. Percaya bahwa hatimu bisa berbicara?
Sudah cukup bualanmu. Ini sudah tiga kali. Tiga kali dalam sembilanbelastahun kehidupanku, kamu membohongiku dengan cara yang berbeda-beda. Hatiku sudah kebas, tahu nggak?
Aku butuh sedikit saja ditanya, atau apabila ada seseorang bertanya padaku mengenai kamu tanpa perlu kujelaskan, mungkin aku bisa menangis histeris disana. Aku bahkan tidak pernah mengharapkan bahumu untuk menyangga setiap tangisku, ini sudah kesekian kalinya aku menangis dan aku lelah.
Cukup bermain kata, aku ini peka. Aku tahu dengan benar dan detail seperti apa kamu sekarang. Lebih baik kamu cerita, lebih baik kamu bunuh saja sekalian aku kalau begini terus. Atau lebih baik, lepaskan aku pergi - itu akan sangat lebih baik.
Aku tidak pernah akan bisa melepaskanmu, aku tidak pernah mau menyakitimu; jadi biarkan kamu yang menyakiti aku dan mengusirku secara mentah-mentah dalam hidupmu. Lebih baik begitu.
Lebih.
Baik.
Begitu.
Dear John,
Mungkin ini surat terjujur yang akan singgah di dalam pembacaan ruang dan waktu hidupmu. Ini mungkin akan jadi surat termenyakitkan. Tahu tidak rasanya sakit? Aku tahu. Sangat tahu.
#6 - Psychedelia
"Ini bukan cerita cinta, ini adalah bait-bait yang dilantunkan dan hasilnya merupakan esensi ajaib c.i.n.t.a."
Seperti yang sebelumnya kamu lakukan padaku disini, membagi senyuman yang khas, membuat kerja jantungku serasa lebih baik dan tepat. Ya, bersamamu semuanya terasa tepat dan pas. Tidak ada yang lebih, bahkan kurang.
Namun nyatanya,
Aku tidak pernah lagi mau menaruh banyak harapan pada kamu. Aku cukup bertanya pada Tuhan, mencari jawaban atas segala kegundahan yang telah terjadi setahun-dua tahun belakangan ini. Mencari jawaban dari kamu adalah hal tersulit yang aku harus pelajari; lebih sulit dari algoritma, fisika dasar, senyawa kiwia, dan banyak lagi pelajaran yang tidak kukuasai.
Kamu seperti bahasa. Semua dari tubuhmu memvisualisasikan banyak hal yang tidak kamu sadari. Sama seperti puisi, prosa, cerita pendek, sastra melayu, sastra Indonesia, dan semua jenis pelajaran yang ada di mapel Bahasa Indonesia.
Aku tidak bisa lagi mendeskripsikan banyak hal tentang kamu. Cukup dengan membuka hatiku, ambil memori-memorinya dan kamu tahu betapa pentingnya moment-moment yang pernah kita lalui.
Kita membentuk momen, kita membentuk masa, kita membentuk kejadian kita sendiri. Kita ada diruang penuh warna yang basah dengan mimpi dan lilitan cahaya berpayung matahari.
Tidak usahlah. Kita bertanya saja pada Tuhan, bertanyatanya kenapa harus ada aku dan kamu atau aku+kamu, bertanya kenapa aku bisa melihat dirimu bisa mengalir dibawah hujan airmata perih, bertanya apa-apa saja yang bisa kita tanya.