Actually it's not my first time seeing the video. But this time, in the middle of new coffee shop near my home, I cry. Literally cry.
The Daylight Project adalah sebuah proyek yang datang dari Adam Levine, vokalis band Maroon 5 untuk membuat sebuah video from all over the world. Lagu Daylight sendiri dipilih karena dianggap memiliki nilai penting untuk Maroon 5, yang juga adalah 3rd single dari album Overexpose.
Idenya menarik, karena dalam sekitar dua belas video #CallOut Daylight Project ini, Adam selalu menegaskan mengenai love yourself. Atau berbicara apapun mengenai diri masing-masing. Ada satu hal menarik yang Adam sempat sebutkan dalam salah satu video #CallOut Daylight Project:
No matter what you do, as long as you do it.
Kira-kira beberapa bulan lalu, saat pertama kali video ini keluar di Youtube, saya yakin 100% bahwa saya tidak semelankolis ini saat melihat videonya. Namun nampaknya kali ini agak berbeda dan saya yakini memang murni karena saya baru mengerti makna dari video ini.
Saya melihat bagaimana banyak orang, dari berbagai budaya dan kebangsaan, perempuan dan laki-laki dari berbagai umur, memiliki 'kisahnya' masing-masing. Kisah yang mungkin sebagian orang nilai dengan label tidak penting, berubah nilai menjadi penting karena ... well, life in someone else's shoes and you'll know what it feels.
Empati mungkin yang ingin dilemparkan ulang Adam Levine lewat proyek ini. Dan The Daylight Project sukses membuat saya mengkaji ulang kembali empati itu.
Saya yang sedari kecil sudah berteman dekat dengan kebebasan memilih dalam hal apapun tentu tidak bisa memahami sepenuhnya perasaan seorang wanita Timur yang tidak memiliki kebebasan untuk memilih; sekecil apapun pilihan itu.
Saya yang sedari kecil selalu beruntung dalam memilih teman, bahkan kini memiliki teman-teman yang menerima saya apa adanya selayaknya keluarga kedua, tentu tidak mengerti bagaimana perasaan seseorang yang selama hidupnya tidak pernah tahu nilai dan kredibelitas seorang teman/sahabat.
Saya yang belum menjadi orang tua tentu tidak tahu bagaimana perasaan seorang Ibu saat mengetahui anaknya adalah gay. Bukan hanya persoalan sulit menerima, melainkan lebih kepada membayangkan apa yang dilakukan kaum mayoritas terhadap anaknya yang masuk ke dalam kaum minoritas.
-----
Menghadapi esok hari adalah hal yang paling tidak mampu diprediksi, pun dengan masa depan. And worrying about future just screws stuff up, so I choose to pray and give the rest to God. Klise? Mungkin. Tapi ada kepercayaan dalam hati saya yang mengatakan bahwa kekuatan Maha Besar itu mampu menampung perasaan yang tidak pernah terefleksi dan kata yang tidak pernah terucap.
And please, whoever read this, who's struggling for anything, remember you're loved. You don't deserved any pain, and more importantly, it's okay to be not okay as long as you know, at in the end everything will be alright.
Happy Thursday!
No comments:
Post a Comment
Leave your comment, critic, or thought about my post here! It makes my day: