Her: Kamu selain lagi sibuk kerjain Tugas Akhir, ngapain lagi?
Me: Sebentar lagi sih mau keluarin buku non-fiksi soal tips menulis sama lagi bantuin temen di media online basis Yogyakarta.
Her: Gajinya gede?
Me: Bantuin, kok. No fee. Murni karena memang pengin punya media yang mau support segala jenis tulisan.
Her: *menyerengit* Rugi dong?
Me: *menggeleng sambil bingung maksud dari rugi itu apa*
Her: Gue sih paling ogah kerja yang nggak dapet uang gitu. Jaman sekarang gitu, semua butuh uang. Iya kali kerja gratisan.. elo kebaikan kali orangnya.
Me: Nulis itu passion gue. Dibayar atau nggak, asal gue senang, kayaknya nggak apa-apa. Nggak ganggu juga kok.
Her: Begini nih anak baru muda yang masih hidup dari mimpi. Nanti kalau sudah kena kenyataan hidup, mimpinya pasti dibuang, dan kerja buat uang.
Me: (senyum maksa) Gue nggak pernah kerja buat uang, kok. Itu kapitalis namanya. Gue kerja untuk memenuhi cita-cita gue dan fokus utamanya memang bukan uang. Kasian pikirannya kalau fokusnya cuma untuk uang. Dangkal. Bahagia diluar, kosong di dalem.
... Kemudian ngeloyor pergi karena merasa pembicaraan akan makin tidak menyenangkan.
I mean, masih ada gitu yang hidup untuk "mencari uang"? We need money, I know that. Tetapi bukan berarti kita diperbudak oleh uang kan?
I mean, masih ada gitu yang hidup untuk "mencari uang"? We need money, I know that. Tetapi bukan berarti kita diperbudak oleh uang kan?
No comments:
Post a Comment