Sayangku,
Ketika masa akhirnya membawa kita kepada titik akhir bernama kelelahan atas pertanyaan-pertanyaan egoisme, maukah kau maafkan segala ketidakmampuan mulut ini untuk membuka suara dan berkata seluruh kejujuran yang hanya tertanam dalam jiwa?
Ketika seluruh logika dan raga mengerti bahwa kamu adalah rumah yang selama ini kucari namun ketakutan akan pengulangan masa lalu terasa lebih mendominasi, sayangku, relakah kamu berdiri bergeming dan menunggu sampai keberanian itu muncul?
Karena, sayangku,
Kamu adalah rumah yang selama ini terbayangkan di dalam kepala. Sebuah imajinasi mengenai cukup dan aku sungguh merasa cukup.
Namun sampai saatnya tiba nanti, sampai Yang Diatas mengizinkan waktu berada di sisi kita, maukah kau menunggu?
No comments:
Post a Comment