Sebuah Juni Bernama Bahagia

Seharusnya bersama denganmu adalah sebuah kebahagiaan dalam bentuk lain. Nyatanya, hati tidak pernah bisa dibohongi. Bahagia memang begitu sederhana, bahagia adalah soal pola pikir; namun kadang kala bahagia adalah juga soal kamu yang berada di sampingku.

Nyatanya, kamu adalah bentuk paradoks yang begitu kontraks. Bersamamu adalah bahagia ketika kamu juga adalah satu orang yang begitu menyakitkan untuk diingat. Kamu membuat seluruh keadaan tidak dapat menggantikan kebahagiaan yang datang dari dirimu. Dan kamu juga telah membuat seluruh aktifitas tidak bisa lagi dibawa jadi pelarian.

Mungkin aku bisa membohongi orang lain, tersenyum di depan mereka, mengatakan bahwa sejauh ini, semuanya terasa begitu indah. Namun begitu kamu sendiri, kamu tahu kamu salah, kamu tahu bahwa kamu adalah manusia paling munafik yang ada di muka bumi ini.

Kamu adalah seorang pembohong ulung.

Kamu tahu kamu hanyalah seseorang yang berlari dari kenyataan yang tidak ingin kamu singkap.

Namun sekali lagi bahagia adalah pola pikir, bahagia adalah sederhana.


***

Kali ini, melewati malam sendiri yang begitu sederhana, hanya dengan gelap lampu, dengan lagu yang begitu sendu mengalun dari Bon Iver, saya berpikir dan mencerna. Saya mulai merasa kehilangan arah. Saya mulai merasa terbang tanpa tujuan, saya merasa begitu munafik. Saya merasa kehilangan diri saya.

Kepada siapa saya bisa berbicara mengenai benar dan salah ketika ,emisahkan diri saya antara yang asli dan diri saya yang palsu saja sudah sulit sekali, sekarang ini. Saya ditekan keadaan yang saya buat sendiri. Seharusnya saya berhenti sebelum semua semakin racuh. Sebelum seluruh tenaga habis untuk berdiri menjadi diri yang bukan saya.

Namun saya tidak bisa. Kebahagiaan semu ini terasa begitu indah.

Saya tidak tahu kemana saya berlari, atau berjalan, sekarang.

Kenapa kamu bisa menciptakan tawa yang begitu imortal dan saya hanya bisa menciptakan kebahagiaan semu untuk diri saya sendiri? Begitu miris.

No comments: