#6 - Psychedelia
"Ini bukan cerita cinta, ini adalah bait-bait yang dilantunkan dan hasilnya merupakan esensi ajaib c.i.n.t.a."
Seperti yang sebelumnya kamu lakukan padaku disini, membagi senyuman yang khas, membuat kerja jantungku serasa lebih baik dan tepat. Ya, bersamamu semuanya terasa tepat dan pas. Tidak ada yang lebih, bahkan kurang.
Namun nyatanya,
Aku tidak pernah lagi mau menaruh banyak harapan pada kamu. Aku cukup bertanya pada Tuhan, mencari jawaban atas segala kegundahan yang telah terjadi setahun-dua tahun belakangan ini. Mencari jawaban dari kamu adalah hal tersulit yang aku harus pelajari; lebih sulit dari algoritma, fisika dasar, senyawa kiwia, dan banyak lagi pelajaran yang tidak kukuasai.
Kamu seperti bahasa. Semua dari tubuhmu memvisualisasikan banyak hal yang tidak kamu sadari. Sama seperti puisi, prosa, cerita pendek, sastra melayu, sastra Indonesia, dan semua jenis pelajaran yang ada di mapel Bahasa Indonesia.
Aku tidak bisa lagi mendeskripsikan banyak hal tentang kamu. Cukup dengan membuka hatiku, ambil memori-memorinya dan kamu tahu betapa pentingnya moment-moment yang pernah kita lalui.
Kita membentuk momen, kita membentuk masa, kita membentuk kejadian kita sendiri. Kita ada diruang penuh warna yang basah dengan mimpi dan lilitan cahaya berpayung matahari.
Tidak usahlah. Kita bertanya saja pada Tuhan, bertanyatanya kenapa harus ada aku dan kamu atau aku+kamu, bertanya kenapa aku bisa melihat dirimu bisa mengalir dibawah hujan airmata perih, bertanya apa-apa saja yang bisa kita tanya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment