Faktanya, manusia punya ribuan cara untuk mengasingkan dan mengasihani diri karena sedang berada dalam sebuah satuan waktu bernama rindu. Cara itu kemudian berlomba-lomba menjadi sebuah cara yang terasa paling menyakitkan dan kemudian memunculkan tanya dari kepala: apa cara paling menyakitkan untuk merindukan seseorang?
Ini versi saya.
Bagaimana ketika rindu adalah sebuah perasaan yang terpasang seharga mati, tak bisa ditawar, kepada seseorang yang tidak pernah tersentuh halus kulitnya secara nyata?
Rindu yang datang kepada seseorang yang hanya terjamah lewat kepala dan pikiran; menjadi alasan seseorang berkenalan dekat dengan rasa bodoh dan kemudian berbisik kepada dirinya sendiri, 'apabila pintar adalah berenang di kolam realitas, menjadi bodoh dalam imajinasi tentang dirimu selamanya bukanlah masalah.'
Bagaimana ketika rindu adalah sebuah perasaan atas perpisahan yang sesungguhnya sudah ada sedari dulu kala, namun realita tertahan di kepala karena anak manusia itu terlalu takut untuk membuka mata dan melihat kenyataan yang berputar-putar disekeliling.
Anak manusia itu lupa, realita tidak akan pernah tertahan selamanya--ia seperti bom waktu yang sewaktu-waktu akan bereksplosi.
Bagaimana ketika rindu adalah kesedihan mendalam yang datang tanpa alasan pasti. Ia hanya muncul secara sedikit demi sedikit dari dalam rongga hati seorang anak manusia, kemudian membuat anak manusia itu merasa sangat dekat dengan rasa rindu yang akhirnya merangsang selaput airmata mengeluarkan satu air terjun kecil dari mata, pipi, kemudian lepas bebas ke tanah, karena rindu yang muncul sudah terlalu menyesak dada.
Dan ketika ada anak manusia lain yang bertanya, "kenapa?" Tidak ada jawaban terbaik yang muncul selain senyuman dan gelengan kepala untuk gestur lain dari kalimat "saya tidak apa-apa" karena deskripsi rasa terlalu sulit dilakukan dan semua tentunya akan berakhir menjadi tangisan. Perasaan tak terdefinisi. Rindu yang kehilangan rangkaian kata karena terlalu menyesak dada.
Bagaimana ketika rindu datang kepada sesuatu yang bahkan tak mampu dideskripsikan oleh ribuan kata-kata karena ia terlalu menggema di kepala dan jiwa sibuk mencari alasan, "mengapa saya merindu dia dan bukan yang lain?"
Saya rindu kamu.
No comments:
Post a Comment