#7 - Dear John

Dear John,

Pernah tidak kamu ada dalam situasi dimana kamu tahu sedang dibohongi, namun kamu tidak bisa beranjak untuk marah atau berlari untuk pergi dari semua kemunafikan yang ada?

Pernah tidak, kamu harus memutuskan sesuatu, namun sebelum memutuskan, kamu harus memilih mana yang baik untuk diri DIA, bukan dirimu sendiri?

Pernah tidak merasa seperti ingin mencabik-cabik dirimu sendiri, karena kamu tidak bisa berkata apa yang harus kamu katakan?

Pernah tidak merasa bahwa untuk menangis saja kamu sudah terlalu lelah dan tidak bisa, saking seringnya hatimu disakiti?

Pernah merasa kebas hati, karena sering ditusuk pisau kebohongan?

Sepertinya ada sesuatu yang hilang dari dalam perasaan ini. Sudah terlalu kebas dan terlalu lelah menjalani semuanya, namun tidak rela untuk meninggalkan semuanya.

Rasanya seperti teriak di padang gurun, hampa. Kosong. Melompong.

Pernah aku mencoba untuk menyatakan rasa itu, namun kamu malah berpaling lagi. Aku bingung, aku lelah, aku punya batas kesabaran, walau untuk sebuah sayang, aku butuh belajar untuk berkata tidak.

Kamu menutupi sesuatu yang sudah kuketahui, jangan bilang bahwa aku adalah perempuan yang sok mencari tahu mengenai kamu. Hati tidak pernah bisa berbohong, ia bergerak kalau ada sesuatu yang menyakitinya. Percaya bahwa hatimu bisa berbicara?

Sudah cukup bualanmu. Ini sudah tiga kali. Tiga kali dalam sembilanbelastahun kehidupanku, kamu membohongiku dengan cara yang berbeda-beda. Hatiku sudah kebas, tahu nggak?

Aku butuh sedikit saja ditanya, atau apabila ada seseorang bertanya padaku mengenai kamu tanpa perlu kujelaskan, mungkin aku bisa menangis histeris disana. Aku bahkan tidak pernah mengharapkan bahumu untuk menyangga setiap tangisku, ini sudah kesekian kalinya aku menangis dan aku lelah.

Cukup bermain kata, aku ini peka. Aku tahu dengan benar dan detail seperti apa kamu sekarang. Lebih baik kamu cerita, lebih baik kamu bunuh saja sekalian aku kalau begini terus. Atau lebih baik, lepaskan aku pergi - itu akan sangat lebih baik.

Aku tidak pernah akan bisa melepaskanmu, aku tidak pernah mau menyakitimu; jadi biarkan kamu yang menyakiti aku dan mengusirku secara mentah-mentah dalam hidupmu. Lebih baik begitu.

Lebih.
Baik.
Begitu.

Dear John,

Mungkin ini surat terjujur yang akan singgah di dalam pembacaan ruang dan waktu hidupmu. Ini mungkin akan jadi surat termenyakitkan. Tahu tidak rasanya sakit? Aku tahu. Sangat tahu.

No comments: