Saya adalah salah satu tipe orang yang cenderung malas berolahraga. Olahraga yang 'mentok' saya lakukan adalah
push-up dan
sit-up di dalam kamar sambil mendengarkan lagu-lagu
up beat untuk
boost up semangat saat sedang
late workout itu.
Namun belakangan, melihat banyaknya anak-anak muda yang memiliki kolesterol tinggi, terkena serangan awal penyakit jantung,
stroke ringan, serta banyak komplikasi penyakit lain yang seharusnya belum dikenal tubuh seusia mereka, saya memutuskan, salah satu resolusi 2013 adalah menjalani pola hidup sehat salah satunya dengan berolahraga minimal 150 menit per minggu. (
infonya dari sini)
Menariknya, seperti sebuah magnet, pada awal-awal 2013 tanpa sadar saya sudah mulai melakukan pola olahraga minimal 150 menit per minggu itu. Entah dimulai dari kapan, mendadak setiap Rabu malam, saya bersama teman-teman satu komplek mulai melakukan olahraga rutin selama kurang lebih dua jam, mulai pukul delapan malam sampai sepuluh malam.
Ada pilihan-pilihan olahraga yang menjadi kandidat seperti futsal, badminton, basket, atau tenis. Namun pada akhirnya, pilihan jatuh kepada badminton yang memang lebih fleksibel dan
user friendly, artinya, bagi mereka yang baru pertama kali bermain, tidak begitu sulit untuk beradaptasi.
Jadilah setiap pertengahan minggu, saya selalu menyempatkan diri untuk ikutan ke
badminton club ini. Hitung-hitung buang lemak sambil mengakrabkan diri dengan sesama teman.
Seiring berjalannya waktu, karena rutin seminggu sekali bermain badminton, saya jadi punya ketertarikan khusus dengan bidang olahraga ini. Mengapa? Selain karena tidak perlu lapangan khusus (saya biasa main dengan Ayah di teras rumah), olahraga ini juga punya struktur permainan yang mudah dimengerti.
Ketertarikan khusus ini membuat saya jadi hobi sekali melihat-lihat
sport equipment untuk badminton. Namun untuk membeli, saya masih punya pertimbangan-pertimbangan khusus, seperti referensi dari teman soal kualitas dan harga yang dibandrol. Namun ketertarikan ini tidak bisa saya aplikasikan dengan lebih lanjut karena aktivitas kuliah dan
freelance yang menyita waktu sehingga tidak punya kesempatan untuk
window shopping di
sport store.
Untungnya, dari blog
Sitta Karina, saya tahu ada satu
online website berbasis layanan
social commerce bernama
Blibli.com yang menghadirkan banyak pilihan produk untuk dibeli secara
online, salah satunya produk-produk
Indoor Sport Equipment. Menariknya, pada saat baca-baca review di Twitter soal situs ini, banyak sekali respon positif yang masuk.
Berbasis review inilah saya coba untuk melihat
sport equipment untuk badminton (yang pada akhirnya, saya malah melipir ke bagian-bagian lain). Ada satu produk
raket yang membuat saya tertarik dan akhirnya saya beli sebagai hadiah ulang tahun untuk Ayah; serta satu produk
ankle support yang pun saya beli sebagai hadiah untuk adik saya. Harganya terjangkau dan layanannya cepat -- tepat seperti review-review yang sebelumnya saya baca.
Kemudian, di Rabu esok minggunya, saat sedang
break bermain badminton, saya bercerita kepada teman-teman mengenai mudahnya memberi barang di Blibli.com. Tidak perlu jalan, hanya tinggal
browsing di laptop atau PC masing-masing, transfer, dan barang akan langsung datang di depan pintu rumah.
Saya ingat, ketika pembicaraan berlangsung, yang tersisa di pinggir lapangan hanya tinggal saya dan empat orang teman lain. Kita semua masuk kedalam
batch pertama untuk bermain dan sekarang sedang bergantian lapangan dengan yang lainnya. Ditengah pembicaraan mengenai Blibli.com ini, seorang teman saya nyeletuk, "sekarang mainnya si X jadi jago, loh. Staminanya kuat lagi."
Kami semua refleks melihat ke objek pembicaraan, melihatnya sedang bermain ganda putri bersama tiga orang lainnya. Memang saya akui, rutinitas bermain badminton setiap minggu membuat saya dan teman-teman lain yang awalnya tidak begitu bisa badminton jadi lumayan mahir. Tidak jago, namun setidaknya, tahu bagaimana mengejar "bulu ayam" yang terbang di atas kepala.
"Untung yah, kita pilihnya olahraga badminton." Seorang lain berkomentar.
Akhirnya, di pinggir lapangan, kami berlima jadi bernostalgia mengapa badminton menjadi pilihan olahraga kami. Selain karena alasan-alasan badminton
user friendly dan fleksibel, ada satu momen yang saya yakin menjadi salah satu momen mengapa badminton menjadi olahraga rutin diantara kami.
Adalah
Djarum Indonesia Open di tahun 2012 yang membuat kami menemukan
bond tersendiri dengan badminton. Saya masih ingat kehebohan-kehebohan menonton pertandingan demi pertandingan bulu tangkis, linimasa di Twitter yang dipenuhi dengan ucapan selamat (apabila senang karena menang) dan makian-makian (apabila marah karena kalah), serta diakhiri dengan nonton bareng saat Simon Santoso membawa pulang piala sebagai Juara Tunggal Putra.
Mungkin itulah satu dari sekian belas alasan mengapa dari sekian banyak olahraga, badmintonlah yang memenangkan
voting maya dan menjadi olahraga rutin saya dan teman-teman. Selain juga, bidang olahraga badminton adalah salah satu bidang yang sudah membawa harum nama Indonesia di kancah internasional, sehingga bisa dikatakan sebagai salah satu olahraga kebanggaan bangsa Indonesia.
Namun apapun alasannya, setidaknya, salah satu resolusi saya di 2013 telah terealisasi: menjalani pola hidup sehat. Lebih baik terlambat memulai, daripada tidak sama sekali, kan?